Pengalaman Tes Dosen Tetap Non-PNS UGM
Hi….
Karna
gabut nunggu hasil pengumuman kelulusan CPNS, akhirnya saya memutuskan untuk
sharing mengenai pengalaman saya ketika mengikuti seleksi dosen tetap Non-PNS
di UGM tahun 2018. Kenapa saya memutuskan mendaftar menjadi dosen di UGM
padahal saya sama sekali bukan lulusan UGM baik ketika mengambil studi S1 dan
S2. Jawabannya simple : karena saat itu UGM sedang membuka lowongan untuk dosen
kesehatan lingkungan. Akhirnya dengan modal nekat saya memutuskan untuk
mendaftar. Padahal waktu itu saya belum diwisuda S2 di UI. Ijazah belum keluar.
Alhasil saya meminta Surat Keterangan Lulus dan Transkrip Nilai sementara dari
akademik untuk mendaftar. Kalau lulus pemberkasan Alhamdulillah karena kalau tidak
berarti harus berjuang lagi mencari pekerjaan.
DI
bulan agustus saya mulai melengkapi berkas yang dibutuhkan. Adapun
berkas-berkas yang harus saya lengkapi adalah : Ijazah, transkrip nilai, surat
keterangan sehat, surat pernyataan, surat rekomendasi dari dua dosen,
sertifikat Toefl dan TPA yang masih berlaku dengan nilai minimal Toefl 500 dan
TPA 550. Beberapa berkas dapat saya lengkapi dalam waktu singkat kecuali Toefl
dan TPA karena sertifikat Toefl dan TPA saya sudah expired. Saya lalu
memutuskan mengikuti tes Toefl dan TPA secepatnya dengan mempertimbangkan waktu
sebelum seleksi administrasi ditutup.
Saya
mengambil tes Toefl di LBI UI dan TPA di IPB. Alhamdulillah nilai Toefl dan TPA
saya memenuhi syarat untuk pendaftaran. Namun yang menjadi kendala adalah
sertifikat TPA belum dapat diambil sedangkan batas waktu pendaftaran akan
segera ditutup. Akhirnya daripada tidak mengirim berkas sama sekali, saya
berinisiatif mengirimkan screenshoot nilai saya yang saya dapatkan dari pihak
IPB sebagai bukti bahwa nilai saya masih memenuhi syarat dan sertifikat baru
dapat diambil setelah pendaftaran UGM tertutup.
Awalnya
saya sempat down dan mengikhlaskan saya hasilnya mengingat berkas yang saya
kirimkan jauh dari sempurna. Beberapa hari kemudian setelah saya wisuda,
tiba-tiba pada tanggal 1 Sept 2018 ada email masuk untuk mengecek akun. DI akun
UGM rekrutmen, saya dinyatakan bahwa lulus tahap administrasi di UGM dan harus
mengikuti tes pada tanggal 5 Sept 2018 di UGM. Saat itu, saya merasa bahagia
tapi juga bingung. Bahagia karena setidaknya bisa memiliki pengalaman untuk tes
pekerjaan. Tapi bingung karena di waktu tes kemampuan dasar sangat mepet dengan
jadwal wisuda di UI tanggal 1 Sept dan keluarga saya masih akan tinggal di
Depok dan baru akan kembali ke Parepare pada tanggal 5 Sept juga. Saya juga
bingung dengan tempat tinggal selama tes di UGM. Saya memutuskan untuk
menghubungi keluarga yang menetap di Jogja agar mereka bersedia menampung saya
sementara di rumah mereka.
Pada
tanggal 4 Sept malam saya berangkat ke Jogja sendirian. Keluarga saya
mengirimkan alamat rumah mereka dan menyarankan saya menggunakan jasa motor
online untuk ke rumah mereka. Saya pun tiba di bandara pukul 9 malam dan
berjalan ke depan kantor imigrasi untuk memesan ojek online disana.
Besoknya
saya menghadapi Tes Kemampuan Dasar (TKD) di FEB-Labkom C. Saya mendapat jadwal
sesi 1 pukul 08.30-10.00 WIB. TKD menggunakan sistem CAT dimana kalau tidak
salah terdapat 100 nomor soal yang terdiri dari tes wawasan kebangsaan, tes
wawasan ke-UGM-an (tanggal didirikan UGM, slogan UGM hingga arti dari logo
UGM), tes intelegensi umum, dan tes karakteristik pribadi. Namun, hasil akhir
dari tes TKD tidak langsung tertera di komputer. Sehingga semua peserta yang
mengikuti tes SKD, juga harus mengikuti semua rangkaian tes. Alhasil kami
dipandu untuk terus memantau website UGM untuk mengetahui kapan tes selanjutnya
yaitu tes Seleksi Kemampuan Bidang (SKB) dilaksanakan.
Sejujurnya
tes TKD ini diluar bayangan saya. Saya awalnya mengira tes SKD seputas TWK,
TIU, dan TKP tapi ternyata terdapat beberapa soal mengenai UGM itu sendiri.
Jadi, untuk teman-teman yang akan tes dosen tetap Non-PNS di UGM, jangan lupa
untuk mempelajari juga sejarah UGM.
Kalau
tidak salah, pada tanggal 10 Sept 2018, UGM mengumumkan jadwal tes SKB. Tes SKB
di UGM terdiri dari tes psikotes, tes tulis, microteaching, dan wawancara. Saya mendapatkan jadwal tes psikotes
pada tanggal 12 Sept 2018 yang dimulai pukul 08.00 pagi hingga selesai. Tes
psikotes terdiri dari tes tulis PAPI, tes Koran, tes Warteg, tes gambar, tess
kemampuan aritmatika, logika, gambar, dan tes karakteristik pribadi lagi. Tes
ini cukup melelahkan dan selesai sekitar pukul 12.00 non stop. Setelah itu
ternyata ada rangkaian tes psikologi lainnya yaitu Leaderless Group Discussion (LGD) dan wawancara psikologi yang
dilaksanakan di hari yang sama setelah istirahat makan siang. Untuk makan
siang, pihak UGM menyiapkan makan siang untuk seluruh peserta tes. Tes LGD saya
dimulai pada pukul 13.30. Setelah tes LGB kami dipanggil satu persatu untuk
melakukan wawancara dengan psikolog. Saya mendapat giliran terakhir dan baru
selesai sekitar pukul 16.00 WIB.
Sejujurnya
tes psikotes ini juga sangat diluar bayangan saya. Awalnya saya mengira tes
psikologi ini hanya berlangsung beberapa jam seperti TDK. Namun ternyata tes
psikologi sangat melelahkan dan terdiri dari beragam tes termasuk LGD dan
wawancara psikologi. Tes LGD hampir sama dengan tes LGD yang diadakan LPDP
dimana kami diberikan satu kasus dari Koran kemudian kami disuruh menulis 7
pihak yang paling bersalah menurut kami sendiri dalam kasus tersebut. Kemudian,
kami mendiskusikan pendapat kami dan menentukan 7 pihak yang paling bersalah
sesuai dengan kesepakatan grup dan satu orang sebagai perwakilan grup
mengemukakan alasan dari terpilihnya 7 orang tersebut. Tes LGD berlangsung
kurnag lebih 30 menit.
Untuk
tes wawancara dengan psikolog, saya ditayakan beberapa pertanyaan seputar apa
yang saya kerjakan sekarang. Apa pernah mengajar sebelumnya. Mengapa ingin
mendaftar di UGM. Apa kelemahan dan kelebihan saya. Apa yang saya ketahui
tentang UGM dll.
Setelah
tes psikotes selesai. Rangkaian tes SKB dilanjutkan keesokan harinya dengan tes
tertulis, tes microteaching dan wawancara. Tes tertulis adalah tes essay dengan
kertas. Tes tertulis dilaksanakan di Gedung Pascasarjana Tahir Foundation pada
pukul 07.30. Pertanyaan mengenai tes tertulis meliputi pengetahuan mengenai
ilmu pedagogic/andragogik. Pertanyaan yang masih saya ingat yaitu apa yang anda
ketahui mengenai Interprofessional Education (IPE). Selebihnya saya benar-benar
lupa karena saya pun shock dengan pertanyaannya. Heheh…
Selanjutnya,
kami diberi jadwal tes microteaching
di hari yang sama. Dan saya mendapatkan sesi pertama dengan jadwal wawancara
dan microteaching pukul 09.00 tepat
setelah tes tertulis dilaksanakan. Tes microteaching
ini juga penuh dengan drama karena saya membuat presentase dalam bahasa
Indonesia. Karena kelelahan setelah mengikuti tes psikotes saya memutuskan
untuk lebih cepat tidur. Beruntung saya bangun pukul 2 dini hari dan ternyata
ada sms dari pihak UGM yang memberitahukan bahwa microteaching hanya
berlangsung 5 menit dan presentase dan penyajian harus menggunakan bahasa
inggris. Seketika saya shock dan langsung mengedit presentase yang saya buat
dan latihan dalam waktu singkat untuk menyajikan materi dalam bahasa inggris.
Kalau
saya tidak salah ingat terdapat 4-5 penguji untuk tes microteaching dan
wawancara ini. Setelah tes microteaching selesai, penguji langsung melajutkan
dengan tes wawancara. Pertanyaan wawancara seputar pengetahuan saya mengenai
UGM, pengetahuan saya mengenai materi yang saya bawakan, kemudian pengetahuan
umum mengenai kesling, apa yang telah saya lakukan untuk masyarakat, prestasi
terbaik, mengapa ingin menjadi dosen UGM dll.
Sejujurnya
saya merasa sangat malu mengikuti tes di UGM karena persiapan yang sangat
minim. Saya juga mencari beberapa pengalaman tes dosen UGM di internet tapi
minim. Alhasil walaupun saya tidak lulus tes dosen tetap Non-PNS, namun saya
tetap ingin berbagi pengalaman dengan teman-teman. Semoga pengalaman yang saya
tulis berguna khususnya bagi yang ingin melamar menjadi dosen tetap non-PNS di
UGM. Goodluck….:)
-RE