Pengalaman Mengikuti Tes Dosen Tetap Non-PNS UGM

Senin, 14 Januari 2019

Pengalaman Tes Dosen Tetap Non-PNS UGM
Hi….
Karna gabut nunggu hasil pengumuman kelulusan CPNS, akhirnya saya memutuskan untuk sharing mengenai pengalaman saya ketika mengikuti seleksi dosen tetap Non-PNS di UGM tahun 2018. Kenapa saya memutuskan mendaftar menjadi dosen di UGM padahal saya sama sekali bukan lulusan UGM baik ketika mengambil studi S1 dan S2. Jawabannya simple : karena saat itu UGM sedang membuka lowongan untuk dosen kesehatan lingkungan. Akhirnya dengan modal nekat saya memutuskan untuk mendaftar. Padahal waktu itu saya belum diwisuda S2 di UI. Ijazah belum keluar. Alhasil saya meminta Surat Keterangan Lulus dan Transkrip Nilai sementara dari akademik untuk mendaftar. Kalau lulus pemberkasan Alhamdulillah karena kalau tidak berarti harus berjuang lagi mencari pekerjaan.
DI bulan agustus saya mulai melengkapi berkas yang dibutuhkan. Adapun berkas-berkas yang harus saya lengkapi adalah : Ijazah, transkrip nilai, surat keterangan sehat, surat pernyataan, surat rekomendasi dari dua dosen, sertifikat Toefl dan TPA yang masih berlaku dengan nilai minimal Toefl 500 dan TPA 550. Beberapa berkas dapat saya lengkapi dalam waktu singkat kecuali Toefl dan TPA karena sertifikat Toefl dan TPA saya sudah expired. Saya lalu memutuskan mengikuti tes Toefl dan TPA secepatnya dengan mempertimbangkan waktu sebelum seleksi administrasi ditutup.
Saya mengambil tes Toefl di LBI UI dan TPA di IPB. Alhamdulillah nilai Toefl dan TPA saya memenuhi syarat untuk pendaftaran. Namun yang menjadi kendala adalah sertifikat TPA belum dapat diambil sedangkan batas waktu pendaftaran akan segera ditutup. Akhirnya daripada tidak mengirim berkas sama sekali, saya berinisiatif mengirimkan screenshoot nilai saya yang saya dapatkan dari pihak IPB sebagai bukti bahwa nilai saya masih memenuhi syarat dan sertifikat baru dapat diambil setelah pendaftaran UGM tertutup.
Awalnya saya sempat down dan mengikhlaskan saya hasilnya mengingat berkas yang saya kirimkan jauh dari sempurna. Beberapa hari kemudian setelah saya wisuda, tiba-tiba pada tanggal 1 Sept 2018 ada email masuk untuk mengecek akun. DI akun UGM rekrutmen, saya dinyatakan bahwa lulus tahap administrasi di UGM dan harus mengikuti tes pada tanggal 5 Sept 2018 di UGM. Saat itu, saya merasa bahagia tapi juga bingung. Bahagia karena setidaknya bisa memiliki pengalaman untuk tes pekerjaan. Tapi bingung karena di waktu tes kemampuan dasar sangat mepet dengan jadwal wisuda di UI tanggal 1 Sept dan keluarga saya masih akan tinggal di Depok dan baru akan kembali ke Parepare pada tanggal 5 Sept juga. Saya juga bingung dengan tempat tinggal selama tes di UGM. Saya memutuskan untuk menghubungi keluarga yang menetap di Jogja agar mereka bersedia menampung saya sementara di rumah mereka.
Pada tanggal 4 Sept malam saya berangkat ke Jogja sendirian. Keluarga saya mengirimkan alamat rumah mereka dan menyarankan saya menggunakan jasa motor online untuk ke rumah mereka. Saya pun tiba di bandara pukul 9 malam dan berjalan ke depan kantor imigrasi untuk memesan ojek online disana.
Besoknya saya menghadapi Tes Kemampuan Dasar (TKD) di FEB-Labkom C. Saya mendapat jadwal sesi 1 pukul 08.30-10.00 WIB. TKD menggunakan sistem CAT dimana kalau tidak salah terdapat 100 nomor soal yang terdiri dari tes wawasan kebangsaan, tes wawasan ke-UGM-an (tanggal didirikan UGM, slogan UGM hingga arti dari logo UGM), tes intelegensi umum, dan tes karakteristik pribadi. Namun, hasil akhir dari tes TKD tidak langsung tertera di komputer. Sehingga semua peserta yang mengikuti tes SKD, juga harus mengikuti semua rangkaian tes. Alhasil kami dipandu untuk terus memantau website UGM untuk mengetahui kapan tes selanjutnya yaitu tes Seleksi Kemampuan Bidang (SKB) dilaksanakan.
Sejujurnya tes TKD ini diluar bayangan saya. Saya awalnya mengira tes SKD seputas TWK, TIU, dan TKP tapi ternyata terdapat beberapa soal mengenai UGM itu sendiri. Jadi, untuk teman-teman yang akan tes dosen tetap Non-PNS di UGM, jangan lupa untuk mempelajari juga sejarah UGM.
Kalau tidak salah, pada tanggal 10 Sept 2018, UGM mengumumkan jadwal tes SKB. Tes SKB di UGM terdiri dari tes psikotes, tes tulis, microteaching, dan wawancara. Saya mendapatkan jadwal tes psikotes pada tanggal 12 Sept 2018 yang dimulai pukul 08.00 pagi hingga selesai. Tes psikotes terdiri dari tes tulis PAPI, tes Koran, tes Warteg, tes gambar, tess kemampuan aritmatika, logika, gambar, dan tes karakteristik pribadi lagi. Tes ini cukup melelahkan dan selesai sekitar pukul 12.00 non stop. Setelah itu ternyata ada rangkaian tes psikologi lainnya yaitu Leaderless Group Discussion (LGD) dan wawancara psikologi yang dilaksanakan di hari yang sama setelah istirahat makan siang. Untuk makan siang, pihak UGM menyiapkan makan siang untuk seluruh peserta tes. Tes LGD saya dimulai pada pukul 13.30. Setelah tes LGB kami dipanggil satu persatu untuk melakukan wawancara dengan psikolog. Saya mendapat giliran terakhir dan baru selesai sekitar pukul 16.00 WIB.
Sejujurnya tes psikotes ini juga sangat diluar bayangan saya. Awalnya saya mengira tes psikologi ini hanya berlangsung beberapa jam seperti TDK. Namun ternyata tes psikologi sangat melelahkan dan terdiri dari beragam tes termasuk LGD dan wawancara psikologi. Tes LGD hampir sama dengan tes LGD yang diadakan LPDP dimana kami diberikan satu kasus dari Koran kemudian kami disuruh menulis 7 pihak yang paling bersalah menurut kami sendiri dalam kasus tersebut. Kemudian, kami mendiskusikan pendapat kami dan menentukan 7 pihak yang paling bersalah sesuai dengan kesepakatan grup dan satu orang sebagai perwakilan grup mengemukakan alasan dari terpilihnya 7 orang tersebut. Tes LGD berlangsung kurnag lebih 30 menit.
Untuk tes wawancara dengan psikolog, saya ditayakan beberapa pertanyaan seputar apa yang saya kerjakan sekarang. Apa pernah mengajar sebelumnya. Mengapa ingin mendaftar di UGM. Apa kelemahan dan kelebihan saya. Apa yang saya ketahui tentang UGM dll.
Setelah tes psikotes selesai. Rangkaian tes SKB dilanjutkan keesokan harinya dengan tes tertulis, tes microteaching dan wawancara. Tes tertulis adalah tes essay dengan kertas. Tes tertulis dilaksanakan di Gedung Pascasarjana Tahir Foundation pada pukul 07.30. Pertanyaan mengenai tes tertulis meliputi pengetahuan mengenai ilmu pedagogic/andragogik. Pertanyaan yang masih saya ingat yaitu apa yang anda ketahui mengenai Interprofessional Education (IPE). Selebihnya saya benar-benar lupa karena saya pun shock dengan pertanyaannya. Heheh…
Selanjutnya, kami diberi jadwal tes microteaching di hari yang sama. Dan saya mendapatkan sesi pertama dengan jadwal wawancara dan microteaching pukul 09.00 tepat setelah tes tertulis dilaksanakan. Tes microteaching ini juga penuh dengan drama karena saya membuat presentase dalam bahasa Indonesia. Karena kelelahan setelah mengikuti tes psikotes saya memutuskan untuk lebih cepat tidur. Beruntung saya bangun pukul 2 dini hari dan ternyata ada sms dari pihak UGM yang memberitahukan bahwa microteaching hanya berlangsung 5 menit dan presentase dan penyajian harus menggunakan bahasa inggris. Seketika saya shock dan langsung mengedit presentase yang saya buat dan latihan dalam waktu singkat untuk menyajikan materi dalam bahasa inggris.
Kalau saya tidak salah ingat terdapat 4-5 penguji untuk tes microteaching dan wawancara ini. Setelah tes microteaching selesai, penguji langsung melajutkan dengan tes wawancara. Pertanyaan wawancara seputar pengetahuan saya mengenai UGM, pengetahuan saya mengenai materi yang saya bawakan, kemudian pengetahuan umum mengenai kesling, apa yang telah saya lakukan untuk masyarakat, prestasi terbaik, mengapa ingin menjadi dosen UGM dll.
Sejujurnya saya merasa sangat malu mengikuti tes di UGM karena persiapan yang sangat minim. Saya juga mencari beberapa pengalaman tes dosen UGM di internet tapi minim. Alhasil walaupun saya tidak lulus tes dosen tetap Non-PNS, namun saya tetap ingin berbagi pengalaman dengan teman-teman. Semoga pengalaman yang saya tulis berguna khususnya bagi yang ingin melamar menjadi dosen tetap non-PNS di UGM. Goodluck….:)


-RE